Telaga Sarangan

Tahun baru 2015 lalu, saya dan keluarga niat banget pingin jalan-jalan. Padahal biasanya kami memilih menghabiskan tahun baru di rumah, kruntelan dengan anak-anak. Yah, kami suka jalan-jalan tetapi kadang males dengan macet-macetan. Padahal, tahun baru kan wajib macet, seperti bukan tahun baru kan ya kalau tidak ada ritual macet-macetan di jalan.

Nah, untuk mengisi liburan tahun baru tersebut kami memutuskan pergi ke Telaga Sarangan. Objek wisata ini berada di wilayah Madiun, meskipun areanya lebih dekat ke Tawangmangu yaitu di bawah puncak Gunung Lawu. Kalau dari arah Jogja, perjalanan kami tempuh selama hampir 3,5 jam ke arah Tawangmangu. Tidak berhenti di situ, karena kami harus terus melaju hingga berada di pintu pendakian ke Gunung Lawu, masih terus lagi sampai memasuki wilayah Madiun. Perbatasan kedua wilayah ini dipisahkan oleh jembatan yang tidak terlalu besar menurut saya, CMIIW.

Bisa dibayangkan sejuknya tempat wisata itu kan. Brrrr, kami sampai di lokasi wisata mendekati waktu Maghrib, dan kebetulan sedang musim hujan. Jadi, sangat tepat keputusan saya untuk tidak mandi sore. Fiuuhh, dinginnya itu mak, ampuuun! Kalau bukan kewajiban, rasanya untuk ambil wudhu pun berat banget. Menusuk tulang banget deh pokoknya. Tetapi bodohnya saya, tidak membawa perlengkapan perang untuk di daerah dingin. Yup, saya tidak membawa jaket bahkan untuk anak-anak dan suami *istri dan ibu macam apa saya ini?!.
Dari kabut tebalnya sudah kebayang kan dinginnya, brrr...!

Udaranya, hmmmm suegerrr...
Ga nyesel deh, jalan-jalan ke sini. Siapa bilang Indonesia penuh dengan asap dan polusi. Yang ngomong itu, pasti belum pernah jalan-jalan ke daerah macam ini ^_^. So Guys, sempatin deh kapan-kapan main ke Telaga Sarangan, wisata alam murah meriah asyik untuk keluarga. Jangan lupa bawa jaket, mantel, syal atau apalah untuk melindungi tubuh dari gigitan hawa dingin. Brrr...!

Masjid Agung Jawa Tengah (Semarang)

Masjid Agung Jawa Tengah

Suatu pagi suami saya bersemangat mengajak saya beserta anak-anak untuk ikut beliau kerja di Semarang. Padahal hari itu adalah Hari Minggu. Suami keukeuh kami ikut, karena disamping menemani tugas beliau, kami juga akan diajak mengunjungi masjid yang rasanya akan seperti berada di Madinah. Begitulah beliau meyakinkan kami untuk ikut menyertai ke Semarang.

Tentu saja kami, terutama saya menjadi sangat bersemangat. Bagaimana tidak? Mengunjungi Baitullah, mengunjungi Madinah menjadi impian yang berlum terwujud bagi saya. Dan sekarang saya akan diajak untuk melihat langsung bagaimana penampakan dan nuansa yang hampir sama seperti di Madinah. Oh tidak boleh dilewatkan tentunya. Bersemangat saya mempersiapkan semuanya. Tidak ketinggalan bawa kamera untuk mendokumentasikan gambar-gambar menarik. 

Memasuki kota Semarang, dan saya semakin tak sabar menyaksikan seperti apakah masjid yang kabarnya mirip dengan masjid yang ada di Madinah itu. Dengan bantuan google map, tak sulit kami menemukannya. Setelah melewati jalan-jalan kota, lalu masuk ke jalan yang agak sempit dan sepertinya berada di dekat dengan area perumahan (berbeda dengan masjid agung di kota lain yang biasanya berada di tengah kota) ketemulah kami dengan masjid yang membuat saya penasaran.

Memasuki pintu gerbangnya, dan saya tidak merasa seperti sedang masuk area masjid. Oh ... ternyata karena lokasi masjidnya masih masuk ke dalam. Setelah melewati halaman dan beberapa bangunan seperti kios-kios oleh-oleh, serta gedung dengan menara tinggi sampailah kami di tempat parkir kendaraan. 

Keluar dari mobil, saya maasih celingak-celinguk mencari sosok yang saya nantikan sejak pagi tadi. Weladalah ternyata masjidnya berada di atas tempat parkir, bergegas kami ke atas. Dan benar, memang sekilas berasa di Madinah. Apa pasal? Iya betul! Payung-payung raksasa yang ada di serambi masjid itulah penyebabnya. Seperti di Madinah kan, payung raksasa itu? *gambarnya ada di depan tadi.

Tapi sayang, payung itu hanya dibuka saat hari Jumat saja dan hari lain sang payung tetap tertutup. Hawa panas langsung menyergap saat kaki menempel di lantai serambi. Ah, pengunjung kecewa ... Hmmm tapi tidak masalah toh kami masih bisa menikmati suasananya dengan semilir angin. 

Memasuki masjid suasana berganti. Di dalam terasa sangat syahdu, adem (beneran adem) dan sangat nyaman. Andaikan di dalam masjid tidak ada larangan tidur saya pasti akan sangat nyenyak di dalamnya. 

Sebenarnya masih banyak cerita tentang masjid Agung Semarang ini. Tapi kalau diceritakan sekarang sepertinya kepanjangan. Jadi, tunggu di postingan selanjutnya ya. 

Tips dan pesan singkat jika ingin ke Masjid ini, baca ya


  1. Tidak perlu membawa makanan, karena ada larangan membawa makanan dan makan atau minum di area masjid. Mungkin agar kebersihannya terjaga ya. Dan karena ketidaktahuan saya, alhasil saya kecapekan menenteng bekal yang tidak kunjung berkurang beratnya itu.
  2. Pakai kaos kaki dan bawa topi serta kaca mata hitam. Karena area serambi masjid yang ada payung-payungnya itu menjadi sangat panas saat siang hari apalagi jika payung raksasa tidak dibuka. Tapi jangan memakai topi dan kaca mata di dalam masjid ya, kurang sopan sepertinya kan ya.




Soto Sapi Pak Gimin

Soto, siapa coba yang tidak mengenal kuliner yang satu ini. Hidangan yang sangat merakyat dan masih banyak pemujanya hingga sekarang ini. Dan hampir di seluruh wilayah Indonesia memiliki Soto dengan citarasa dan cirikhasnya masing-masing. Dan di Jogja juga punya banyak warung soto andalan.
Nah, bagi para penikmat kuliner yang kebetulan melintas di wilayah Yogyakarta khususnya Kabupaten Bantul, jangan lupa mencicipi soto yang satu ini. Soto daging sapi dengan kuah yang segar dan daging sapi yang empuk ini dijamin akan memanjakan lidah Anda. Hehehehe suerrrr, silakan coba sruput kuah sotonya dan lanjutkan dengan mengigit daging yang cukup banyak menghiasi di atasnya dan kalian semua akan setuju dengan saya. Hehehe…
Yup, soto Pak Gimin ini sudah menjadi langganan keluarga saya sejak saya masih kecil dan sampai sekarang saya masih menjadi penggemar setianya. Warung soto yang sederhana ini tidak mengurangi dahsyatnya rasa yang disuguhkannya. Ngeriiii…
Soto yang mengguncang dunia hehehe
Eits jangan salah, meski warungnya sederhana tetapi pelanggannya bukan hanya dari kalangan sederhana tetapi rombongan mobil juga siap memenuhi halaman parkir yang sejak dulu sampai sekarang tidak bertambah luasnya hehehehe…
Dan satu lagi hidangan yang bakal membuat mata kita merem melek dan tak henti-hentinya nelen air ludah (hehehe agak jorki ya…maap), yaitu empal dagingnya…Masyaallah….. uenaaaak tenan pokoknya maknyus top markotop jozz gandosh deh..cobain kalo ga percaya!
Paru goreng dan empal goreng yang bikin meleleh....
Mengenai harga bagaimana? Nah kalo soal harga, soto yang satu ini emang sepertinya yang paling mahal untuk ukuran soto di Jogja hehehe, yaitu Rp 15 rb per porsi dan empal dagingnya yang gud marsogud itu juga dibandrol sama dengan sotonya. Yup betul Rp 15 rb untuk satu potong empal goreng. Hehehehe tapi bagi penikmat kuliner ga bakal nyesel ngeluarin duit segitu, karena makanan yang disajikan emang memanjakan lidah dan perut tentunya. Dan keluar dari warung itu dijamin ga pingin makan lagi (karena anggaran makan udah dihabisin di warung soto ini hehehehe…ga kok becanda aja). Keluar dari warung ini sudah kenyang banget kok bener..hehehe…
Trus gimana caranya supaya tidak kelewatan saat ingin makan soto pak Gimin ini? Gampang, dari arah ring road utara di perempatan Dongkelan ambil arah ke jalan Bantul lalu terus aja ke selatan, ketemu perempatan Kasongan masih terus aja. Soto Pak Gimin ini terletak di sebelah kiri Jalan Bantul (kalau dari arah utara) kira-kira berada di Jalan Bantul Km 7,5.
Tips untuk pecinta kuliner yang ingin mencicipi soto Pak Gimin ini yaitu:
1.      Kosongkan perut Anda saat akan mampir di soto Pak Gimin, agar dapat benar-benar merasakan nikmatnya soto dan empalnya. Rugi kan kalo perut sudah kenyang, pengin makan lagi dan lagi dan lagi eh tapi perut sudah tidak muat…, meski begitu kalau ingin dibungkus juga monggo…
2.      Bawa sapu tangan atau tissue untuk mengelap keringat saat makan soto
3.      Kalau tidak ingin kehabisan tempat duduk, usahakan untuk mampir di warung ini di luar jam makan siang. Dan sebaiknya sebelum makan siang (pagi hari sekitar jam 8 atau 9) karena bisa-bisa malah Anda tidak kebagian soto ini karena telah habis.
Siip… Selamat menikmati wisata kuliner Anda…