Masjid Agung Jawa Tengah |
Suatu pagi suami saya bersemangat mengajak saya beserta anak-anak untuk ikut beliau kerja di Semarang. Padahal hari itu adalah Hari Minggu. Suami keukeuh kami ikut, karena disamping menemani tugas beliau, kami juga akan diajak mengunjungi masjid yang rasanya akan seperti berada di Madinah. Begitulah beliau meyakinkan kami untuk ikut menyertai ke Semarang.
Tentu saja kami, terutama saya menjadi sangat bersemangat. Bagaimana tidak? Mengunjungi Baitullah, mengunjungi Madinah menjadi impian yang berlum terwujud bagi saya. Dan sekarang saya akan diajak untuk melihat langsung bagaimana penampakan dan nuansa yang hampir sama seperti di Madinah. Oh tidak boleh dilewatkan tentunya. Bersemangat saya mempersiapkan semuanya. Tidak ketinggalan bawa kamera untuk mendokumentasikan gambar-gambar menarik.
Memasuki kota Semarang, dan saya semakin tak sabar menyaksikan seperti apakah masjid yang kabarnya mirip dengan masjid yang ada di Madinah itu. Dengan bantuan google map, tak sulit kami menemukannya. Setelah melewati jalan-jalan kota, lalu masuk ke jalan yang agak sempit dan sepertinya berada di dekat dengan area perumahan (berbeda dengan masjid agung di kota lain yang biasanya berada di tengah kota) ketemulah kami dengan masjid yang membuat saya penasaran.
Memasuki pintu gerbangnya, dan saya tidak merasa seperti sedang masuk area masjid. Oh ... ternyata karena lokasi masjidnya masih masuk ke dalam. Setelah melewati halaman dan beberapa bangunan seperti kios-kios oleh-oleh, serta gedung dengan menara tinggi sampailah kami di tempat parkir kendaraan.
Keluar dari mobil, saya maasih celingak-celinguk mencari sosok yang saya nantikan sejak pagi tadi. Weladalah ternyata masjidnya berada di atas tempat parkir, bergegas kami ke atas. Dan benar, memang sekilas berasa di Madinah. Apa pasal? Iya betul! Payung-payung raksasa yang ada di serambi masjid itulah penyebabnya. Seperti di Madinah kan, payung raksasa itu? *gambarnya ada di depan tadi.
Tapi sayang, payung itu hanya dibuka saat hari Jumat saja dan hari lain sang payung tetap tertutup. Hawa panas langsung menyergap saat kaki menempel di lantai serambi. Ah, pengunjung kecewa ... Hmmm tapi tidak masalah toh kami masih bisa menikmati suasananya dengan semilir angin.
Memasuki masjid suasana berganti. Di dalam terasa sangat syahdu, adem (beneran adem) dan sangat nyaman. Andaikan di dalam masjid tidak ada larangan tidur saya pasti akan sangat nyenyak di dalamnya.
Sebenarnya masih banyak cerita tentang masjid Agung Semarang ini. Tapi kalau diceritakan sekarang sepertinya kepanjangan. Jadi, tunggu di postingan selanjutnya ya.
Tips dan pesan singkat jika ingin ke Masjid ini, baca ya
- Tidak perlu membawa makanan, karena ada larangan membawa makanan dan makan atau minum di area masjid. Mungkin agar kebersihannya terjaga ya. Dan karena ketidaktahuan saya, alhasil saya kecapekan menenteng bekal yang tidak kunjung berkurang beratnya itu.
- Pakai kaos kaki dan bawa topi serta kaca mata hitam. Karena area serambi masjid yang ada payung-payungnya itu menjadi sangat panas saat siang hari apalagi jika payung raksasa tidak dibuka. Tapi jangan memakai topi dan kaca mata di dalam masjid ya, kurang sopan sepertinya kan ya.